i love you.
aku cinta kamu.
Ti amo.
Sarang heyo.
Aishiteru.
Te amo.
Je T'aime.
Ek het jou lief.
Te dua.
Ik hou van jou.
Ich liebe dich.
Eu te amo.
MY LIFE, MY ADVENTURE!
Tanggal 24 Februari 2010 adalah hari yang sangat menakutkan karena hari ini aku harus bersepeda. Aku tidak terlalu bersepeda, terlebih jalan yang harus kulewati naik turun dan sering dilewati truk besar. Rasa takut, cemas, panik telah melanda diriku. Akan tetapi, aku memutuskan untuk mencobanya terlebih dahulu. Sebelum pukul 07.00 WITA, aku diharuskan memilih sepeda mana yang akan kugunakan. Aku memilih sepeda yang ukurannya lebih kecil. Setelah memilih sepeda, aku bersantap pagi bersama.
Makanan yang disajikan tidak begitu kunikmati karena perasaan yang tidak enak. Maka, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sarapan dan keluar untuk berlatih sepeda terlebih dahulu. Namun, kesempatan tidak berpihak. Sekarang semuanya sudah siap untuk bersepeda. Sepertinya hanya aku yang tidak siap untuk bersepeda.
Pemanasan seperti biasa dilakukan sebelum memulai kegiatan. Lalu, kini saatnya untuk menggoes sepeda masing-masing. Kelompok unguku jalan terakhir. Aku sedikit lega karena dapat bersepeda di bagian belakang. Setelah beberapa menit bersepeda, aku sudah tidak tahan lagi. Banyak truk-truk besar yang lewat di sampingku dan hal tersebut membuatku panik. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti bersepeda dan naik ke mobil.
Di mobil, aku tidak sendirian. Ada Danica Wirawan, Egi, Kak Intan, dan Dokter Wega. Kami berlima menaiki mobil dan berjalan perlahan di belakang rombongan bersepeda. Tak lama kemudian, korban mulai berjatuhan. Beberapa orang telah jatuh dari sepedanya. Salah satu temanku terkena cedera parah karena panic menghindari truk. Aku sempat melihat lukanya dan itu membuatku sempat ingin menangis. Sangat mengerikan melihatnya dalam kondisi menyedihkan seperti itu.
Setelah kegiatan bersepeda, aku akan menaiki arung jeram. Hal tersebut juga merupakan pengalaman pertama bagiku. Akan tetapi, entah mengapa aku sangat tertarik dengan kegiatan ini. Aku seperahu dengan Leonyta Salim, Dwipa, dan Gerald. Guide kelompok kami sangat menyenangkan. Ramah dan baik orangnya. Beberapa instruksi diberikan dan aku mendengarkan dengan seksama. Kini waktunya untuk mendayung perahu.
Jeram-jeram di bagian pertama tidak terlalu menyeramkan. Aku harus mendengarkan instruksi dari guide agar perahu berjalan dengan benar. Kelompokku juga diharuskan agar tetap semangat dan menjaga kekompakkan. Banyak rintangan yang harus dilewati. Mulai dari jembatan bambu dimana aku harus merebahkan tubuh agar tidak terkena sampai batu-batu dan tumbuhan-tumbuhan di kiri kanan sungai.
Bagian yang paling seru adalah saat perahuku harus melewati dam setinggi 4 meter. Aku bersiap untuk merasakan sensasinya. Bagian itu terjadi begitu cepat. Tidak terasa, tiba-tiba aku sudah berada di bawah dam. Hal yang paling naas menerpa diriku kembali. Darah segar mengalir dari hidungku. Penyebabnya adalah topi pengaman milik Dwipa. Saat turun, tidak terasa topi tersebut membentur hidungku. Alhasil, darah mengalir dari hidung. Namun, hal tersebut tidak menurunkan semangatku.
Setelah dam terlewati, berarti tinggal sebentar lagi perjuanganku. Sekitar 15 menit kemudian, aku tiba di garis final. Saat mau turun dari perahu, aku terpeleset karena batu pijakan yang licin. Alhasil, sikuku tergores dan kakiku biru lebam. Sungguh tidak beruntungnya diriku. Akan tetapi, arung jeram adalah salah satu peristiwa yang sangat menarik yang pernah kualami dalam hidupku.