skip to main | skip to sidebar

Levina's Blog

MY LIFE, MY ADVENTURE!

Pages

  • Home

11.3.10

jatuh cinta

wo ai ni.
i love you.
aku cinta kamu.
Ti amo.
Sarang heyo.
Aishiteru.
Te amo.
Je T'aime.
Ek het jou lief.
Te dua.
Ik hou van jou.
Ich liebe dich.
Eu te amo.
Posted by levina's world at 6:51 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

10.3.10

case 39


case 39 adalah sebuah film horor sekaligus thriller. begini ceritanya...

ada seorang perempuan bernama Emily. dia bekerja jadi semacam psikolog buat anak-anak. suatu hari, dia yang telah sibuk dengan 38 kasus, harus disibukkan lagi dengan ditambahkannya satu kasus lagi. jadi sekarang total kasus yang harus dia tangani ada 39 buah. di kasus yang ke 39 ini adalah tentang seorang anak perempuan bernama Lily. mau gak mau, Emily harus berkunjung ke rumah Lily. saat berkunjung, Emily bertemu dengan kedua orangtua Lily dan merasa ada yang aneh dengan keluarga tersebut. kesan pertama Emily adalah bahwa Lily tumbuh di keluarga yang tidak sehat. Lily mengaku sangat ketakutan dengan orangtuanya. ia berkata bahwa ia akan dikirim ke neraka oleh kedua orangtuanya. namun ternyata, kenyataannya adalah Lily-lah yang merupakan iblis. ia telah membunuh saudara-saudara orangtuanya. ia dapat membaca pikiran orang lain. karena tertipu, akhirnya Lily tinggal bersama Emily. secara perlahan, orang-orang terdekat Emily mulai terbunuh satu per satu dengan cara yang mengerikan. Emily mulai menyadari ada yang aneh dengan diri Lily. ia mulai merasa terancam akan kehadiran Lily. fakta pun terkuak dari mulut orangtua Lily. Emily sangat tertekan dan berusaha untuk membunuh Lily. sampai pada akhirnya, Lily terbunuh tenggelam di sebuah danau.


Posted by levina's world at 6:29 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

7.3.10

Gu Shi Wei Wan Cheng Lyric - STARLIT OST

zhi yao zai gei wo dui yi dian shi jian
xi wang neng gei ni quan bu de shi jie

wo wu fa gai bian
cuo guo de yi qie

zhi neng rang si nian
ru meng pan xuan

zhi yao zai gei wo duo yi dian shi jian
xiang wei ni wan cheng suo you de xin yuan

duo de meng xiang
tai duo de nuo yan

deng dai mei ye
man man shi xian

rang suo you bei shang
zai ri luo hou zhong jie

rang wo pei ni
ji xu wei wan de qing jie

jiu suan ni zai tian bian
jiu suan ni zai di mian

liang ke zhen xin
xiang feng zheng lian zhe yi tiao xian

rang suo you kuai le
zai ri chu qian man yan

rang wo kan jian
ni zui xing fu de xiao yan

sui ran ni zai tian bian
sui ran ni zai di mian

wo men de ai
yao xiang yue dao yong yuan
Posted by levina's world at 7:42 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

6.3.10

Hari 6- Nagaloke

Hari keenam, tanggal 26 Februari 2010 dimulai dengan rasa sakit di seluruh badan karena tidur di kemah. Rasa dingin menyelimuti tubuhku. Udara di dalam tenda dan di luar tenda benar-benar dingin sampai menusuk tulang. Untuk menghangatkan badan, aku segera keluar dari tenda dan menggerak-gerakkan tubuh. Sebelum melanjutkan pendakian menuju puncak Gunung Lesung, aku menyantap setangkup roti dengan selai coklat. Sungguh nikmat.

Seperti hari-hari sebelumnya, pemanasan dilakukan sebelum berangkat. Kini waktunya untuk mengangkat tas dan mendaki kembali menuju puncak. Sayangnya, 2 orang temanku tidak ikut melanjutkan pendakian karena sudah terlalu lelah. Hal tersebut sedikit menurunkan semangatku. Akan tetapi, aku memotivasi kembali diriku bahwa hanya tinggal sebentar lagi.

Tanpa menunggu lama, barisan kembali terbentuk dan kami siap untuk berjalan. Medan untuk menuju ke puncak menanjak terus. Sekarang, baru kurasakan rasa lelahnya mendaki Gunung Lesung. Sialnya, aku tidak sempat mengisi ulang air di botol minumku. Hanya tersisa sedikit air. Akan tetapi, aku harus bertahan sampai ke puncak.

2 jam telah berlalu, namun puncak Gunung Lesung belum juga nampak. Aku berjalan perlahan mengikuti barisan di depanku. Medannya begitu sulit. Banyak pijakan-pijakan yang licin. Tak lama kemudian, Kak Norman berkata bahwa puncaknya hanya tinggal sedikit lagi. Aku semakin bersemangat. Perjalanan yang harus aku lewati sangat menanjak. Kakiku bertambah sakit saat harus berhenti di tanjakan menunggu orang-orang yang tertinggal di belakang.

Ternyata benar, tak lama kemudian aku telah sampai di puncak. Perasaan lega dan gembira bercampur menjadi satu. Rasa haus sudah tidak tertahankan. Aku memakan satu buah apel untuk menghilangkan rasa hausku. Aku duduk di atas tas ranselku untuk sekedar melepas lelah sembari mengobrol dengan beberapa temanku. Ternyata puncak Gunung Lesung sangatlah kecil. Hanya terdapat pura kecil di atasnya.

Setelah sejenak melepas lelah, kami memutuskan untuk segera turun mengingat waktu sudah semakin siang. Kali ini aku menggunakan sarung tangan untuk menghindari tanaman beracun. Awal penurunan saja sudah terlihat susah. Aku paling tidak suka saat bagian dimana aku harus turun gunung. Turunannya sangatlah curam. Jalannya juga sangat licin karena lembap. Aku hanya dapat berpegangan pada ranting-ranting tanaman yang menjuntai.

Akhirnya aku sampai juga di bawah. Teriakan kegembiraan langsung terdengar di telingaku. Akan tetapi, perjalanan masih belum berakhir. Aku harus berjalan kembali menuju sebuah warung di desa dan perjalanan tersebut jauh sekali. Selain itu, jalanannya berbatu sehingga kakiku semakin sakit. Terik panas matahari juga tidak dapat dihindari. Dengan semangat aku terus berjalan hingga sampailah aku di sebuah warung. Satu informasi berharga yang kudapat dari pendakian ini adalah aku seorang nagaloke.
Posted by levina's world at 10:16 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Hari 5- Ekspedisi Final

Pada Hari ke-5 ini, aku akan mendaki Gunung Lesung. Pendakian ini adalah ekspedisi final grup Bali 2. Seperti biasa, sarapan pagi dan pemanasan dilakukan terlebih dahulu sebelum mendaki gunung. Aku memeriksa perlengkapan yang akan kubawa sekali lagi mengingat kami akan tidur di tenda malam ini. Setelah semuanya siap, aku segera memapah tas ransel dan berjalan mengikuti barisan di depanku.

Awalnya, medan perjalanan tidak sulit. Lebih banyak medan perjalanan yang masih mendatar. Ditambah, pendakian ini tidak terlalu panas. Berbeda dengan di Gunung Batur yang sangat panas. Udara di Gunung Lesung lebih lembap karena ditumbuhi pohon-pohon besar. Namun, ada beberapa tanaman yang harus dihindari karena beracun, seperti tanaman latang dan poison ivy.

Sekitar 3 jam kami berjalan menyusuri hutan di Gunung Lesung. Aku berada di barisan bagian depan. Maka, aku tiba terlebih dahulu di sebuah pura kecil bersama dengan beberapa temanku. Aku memeriksa kakiku apakah ada pacet atau tidak. Beruntungnya aku, tidak ada pacet yang menghisap darah di kakiku. Sedangkan beberapa temanku panik karena adanya pacet yang sudah membesar di kakinya.

Setelah beberapa menit beristirahat sejenak, aku memutuskan untuk turun ke tempat makan siang. Ternyata, tempat dimana aku akan menyantap makan siang hanya berjarak sebentar dari pura kecil tersebut. Tanpa berlama-lama, aku segera turun mengikuti temanku. Sesampainya di tempat makan siang, kami semua mulai menyantap makan siang sembari mendengarkan Pak Samsul bercerita mengenai sejarah dari pura yang terletak di belakang kami.

Hari sudah semakin siang. Dengan segera, kami mulai berbaris kembali dan melanjutkan pendakian menuju tempat kemping. Tiba-tiba, ratusan anak tangga menghadang di depanku. Aku harus menaiki tangga tersebut. Dengan susah payah, aku mulai menaikinya. Sampai akhirnya, aku berhasil mencapai puncak tangga. Di puncak, terdapat pura lagi.

Sejenak aku melihat-lihat pura tersebut. Percampuran budaya yang sangat kental memenuhi pura tersebut. Budaya Hindu dan Cina bercampur menjadi satu. Setelah, melihat hasil percampuran budaya tersebut, aku memulai kembali pendakian menuju tempat berkemah. Medan sudah terasa sedikit sulit. Namun, tidak lama kemudian, kami menemukan 3 tenda berwarna kuning. Rasa gembira mulai menyelimuti. Aku ingin segera melepas lelah.

Akan tetapi, 3 tenda kuning tersebut bukan tenda milik kelompokku. Akhirnya kita berputar-putar kehilangan arah mencari tenda. Sampai akhirnya, kami menemukannya. Tiba saatnya aku untuk melepas lelah. Namun sebelumnya, aku harus belajar memasang tenda. Ternyata tidak begitu sulit membangun tenda jika dikerjakan bersama-sama. Setelah semuanya selesai, aku segera masuk ke dalam tenda dan beristirahat sejenak sebelum makan malam dimulai.
Posted by levina's world at 10:12 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Hari 4- Sepeda lawan Jeram

Tanggal 24 Februari 2010 adalah hari yang sangat menakutkan karena hari ini aku harus bersepeda. Aku tidak terlalu bersepeda, terlebih jalan yang harus kulewati naik turun dan sering dilewati truk besar. Rasa takut, cemas, panik telah melanda diriku. Akan tetapi, aku memutuskan untuk mencobanya terlebih dahulu. Sebelum pukul 07.00 WITA, aku diharuskan memilih sepeda mana yang akan kugunakan. Aku memilih sepeda yang ukurannya lebih kecil. Setelah memilih sepeda, aku bersantap pagi bersama.

Makanan yang disajikan tidak begitu kunikmati karena perasaan yang tidak enak. Maka, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sarapan dan keluar untuk berlatih sepeda terlebih dahulu. Namun, kesempatan tidak berpihak. Sekarang semuanya sudah siap untuk bersepeda. Sepertinya hanya aku yang tidak siap untuk bersepeda.

Pemanasan seperti biasa dilakukan sebelum memulai kegiatan. Lalu, kini saatnya untuk menggoes sepeda masing-masing. Kelompok unguku jalan terakhir. Aku sedikit lega karena dapat bersepeda di bagian belakang. Setelah beberapa menit bersepeda, aku sudah tidak tahan lagi. Banyak truk-truk besar yang lewat di sampingku dan hal tersebut membuatku panik. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti bersepeda dan naik ke mobil.

Di mobil, aku tidak sendirian. Ada Danica Wirawan, Egi, Kak Intan, dan Dokter Wega. Kami berlima menaiki mobil dan berjalan perlahan di belakang rombongan bersepeda. Tak lama kemudian, korban mulai berjatuhan. Beberapa orang telah jatuh dari sepedanya. Salah satu temanku terkena cedera parah karena panic menghindari truk. Aku sempat melihat lukanya dan itu membuatku sempat ingin menangis. Sangat mengerikan melihatnya dalam kondisi menyedihkan seperti itu.

Setelah kegiatan bersepeda, aku akan menaiki arung jeram. Hal tersebut juga merupakan pengalaman pertama bagiku. Akan tetapi, entah mengapa aku sangat tertarik dengan kegiatan ini. Aku seperahu dengan Leonyta Salim, Dwipa, dan Gerald. Guide kelompok kami sangat menyenangkan. Ramah dan baik orangnya. Beberapa instruksi diberikan dan aku mendengarkan dengan seksama. Kini waktunya untuk mendayung perahu.

Jeram-jeram di bagian pertama tidak terlalu menyeramkan. Aku harus mendengarkan instruksi dari guide agar perahu berjalan dengan benar. Kelompokku juga diharuskan agar tetap semangat dan menjaga kekompakkan. Banyak rintangan yang harus dilewati. Mulai dari jembatan bambu dimana aku harus merebahkan tubuh agar tidak terkena sampai batu-batu dan tumbuhan-tumbuhan di kiri kanan sungai.

Bagian yang paling seru adalah saat perahuku harus melewati dam setinggi 4 meter. Aku bersiap untuk merasakan sensasinya. Bagian itu terjadi begitu cepat. Tidak terasa, tiba-tiba aku sudah berada di bawah dam. Hal yang paling naas menerpa diriku kembali. Darah segar mengalir dari hidungku. Penyebabnya adalah topi pengaman milik Dwipa. Saat turun, tidak terasa topi tersebut membentur hidungku. Alhasil, darah mengalir dari hidung. Namun, hal tersebut tidak menurunkan semangatku.

Setelah dam terlewati, berarti tinggal sebentar lagi perjuanganku. Sekitar 15 menit kemudian, aku tiba di garis final. Saat mau turun dari perahu, aku terpeleset karena batu pijakan yang licin. Alhasil, sikuku tergores dan kakiku biru lebam. Sungguh tidak beruntungnya diriku. Akan tetapi, arung jeram adalah salah satu peristiwa yang sangat menarik yang pernah kualami dalam hidupku.

Posted by levina's world at 10:08 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Hari 3- Asinnya Air Laut

Hari ini tanggal 23 Februari 2010. Saatnya aku mencoba bermain bersama ikan-ikan di dalam lautan. Di pagi hari, aku dibangunkan untuk menyantap sarapan agar kuat berenang di lautan lepas. Selesai bersantap pagi, kini waktunya aku bersiap-siap mengarungi lautan. Sejujurnya ada perasaan takut dan cemas karena ini adalah pengalaman pertamaku berenang di laut.

Sebelumnya, aku mengikuti pemanasan agar tidak kram saat berenang di laut. Perlengkapan menyelam telah dibagikan, terdiri dari fin dan goggle. Tidak lupa juga alat bantu pernafasan. Perlengkapan sudah siap, saatnya untuk menyelam di bawah teriknya matahari.

Aku berjalan di atas jembatan kayu yang sangat panas karena terkena sinar matahari. Kakiku seakan melepuh saat menyentuh jembatan kayu tersebut. Dari atas jembatan sudah terlihat berbagai macam jenis ikan kecil menari-nari di birunya laut. Segerombolan ikan kecil melewati bawah jembatan. Sungguh indah untuk ditatap mata. Aku menunggu giliran untuk masuk ke dalam laut.

Sudah tidak sabar aku menyentuh dinginnya air laut dan indahnya ikan-ikan kecil. Maka, aku memutuskan untuk mengikuti jejak langkah temanku yaitu masuk ke dalam air melalui kapal. Tiba-tiba perasaan takut menyergapku lagi. Aku takut tidak dapat bernafas nantinya. Sebelum masuk ke dalam air, aku mencoba menggunakan alat bantu pernafasan. Namun, alatnya terlalu besar untuk ukuran mulutku. Aku berpikir bahwa aku akan tersedak nantinya di dalam air.

Namun, rasa penasaran akan indahnya dalam laut mendorongku untuk segera mencoba menyelam. Saat tubuhku menyentuh air laut, aku mencoba menggerakkan kakiku dan mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Panorama di bawah laut sangatlah indah. Akan tetapi, secara tiba-tiba air laut mulai masuk ke dalam mulutku. Aku mulai panik dan meronta-ronta. Perlahan, aku mulai menguasai tubuhku kembali.

Aku segera naik ke permukaan dan berenang menuju ke tangga dermaga. Disana, aku menukarkan alat bantu pernafasanku yang terlalu besar. Setelah diganti, aku kembali mencoba menyelam di air laut yang tenang. Namun, keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Aku tersedak air laut. Rasanya sangatlah tidak enak. Aku menyerah. Alat bantu pernafasan tersebut benar-benar menyulitkan. Banyak penyebabnya, entah alat tersebut bocor atau terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam mulutku.

Akhirnya aku hanya menunggu di kapal bersama beberapa teman. Tugasku saat itu adalah menunggu dan membantu memberikan obat jika ada yang terluka tergores karang. Walaupun ada sedikit kekecewaan karena tidak dapat melanjutkan menyelam, namun setidaknya aku telah mencoba untuk menikmati panorama di bawah laut.
Posted by levina's world at 10:01 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Hari 2- Gunung itu ada disana!

Perjalananku dimulai saat subuh sekitar pukul 02.30 WITA. Setelah bermalam di tenda, tulang badanku terasa sakit semua. Ditambah semalam, aku tidak dapat terlelap dengan nyaman. Aku terbangun karena teriakan para instruktur Mahitala. Di tengah kegelapan, aku memapah tas ranselku dan segera bergabung dengan kelompok unguku. Semua mata masih belum terbuka dengan terang. Rasa kantuk masih menyergap di mata. Namun, aku harus bangun dan mendaki gunung Batur untuk melihat sang mentari menampakkan diri.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, kami mulai berjalan beriringan. Aku menggunakan cahaya dari senter untuk menerangi jalanku. Awalnya, perjalanan begitu mudah, aku dapat menghirup segarnya udara pagi dan menatap jutaan bahkan milyaran bintang di langit Bali. Tiba-tiba, perjalanan harus tersendat karena salah jalur. Kelompok unguku yang berjalan di belakang sekarang harus memimpin di depan.

Perjalanan belum terlalu menanjak. Saat melewati pura, aku sedikit takut karena suasananya yang cukup mencekam dan gelap. Aku berjalan perlahan mengikuti barisan di depanku. Kami beristirahat sejenak di area kosong. Beberapa anjing kecil Kintamani mendatangi rombongan perjalanan kami. Anjing Kintamani sangat nakal, mereka berlarian mengelilingi kami seakan mengajak bermain. Sekitar 10 menit, aku melepas lelah. Kutenggak air yang telah kupersiapkan. Air tersebut seakan memompa kembali semangatku untuk menaklukan Gunung Batur ini.

Waktunya melanjutkan perjalanan menuju puncak. Medan perjalanan menjadi semakin sulit dan menanjak. Nafasku mulai tersengal-sengal. Rasanya sangat sulit untuk menghirup segarnya udara pagi hari. Aku harus berhenti-berhenti sejenak untuk meminum sedikit air dan mengatur nafas. Tas ransel di punggung terasa sangat menekan. Para instruktur membuat kita semangat dengan perkataan-perkataannya.

Sekitar 3 jam telah berlalu, akhirnya aku sampai di puncak pertama. Waktunya untuk sejenak beristirahat. Pengabadian gambar terjadi dimana-mana. Tak lama, matahari mulai menampakkan dirinya. Dengan segera, kuabadikan momen indah tersebut. Dengan menikmati segelas susu coklat panas, aku menikmati panorama penuh keajaiban tersebut.

Setelah menikmati keindahan mentari pagi, aku bersiap kembali mendaki puncak kedua. Medan berpasir menghadang di depan. Perjuangan menuju puncak kedua sangatlah melelahkan. Dengan terseok-seok, aku mendaki hamparan pasir tersebut. Sampai akhirnya aku berhasil menginjakkan kaki di puncak kedua. Begitu gembira dan puasnya hatiku melihat indahnya pemandangan dari atas puncak kedua.

Sayangnya, aku tidak dapat berlama-lama di puncak. Aku harus segera turun karena panas matahari semakin menyengat. Medan untuk menuruni Gunung Batur ini sangatlah menyulitkan. Jalanan berpasir dan berbatu telah menunggu. Jurang-jurang seakan memanggil. Aku harus berkonsentrasi penuh agar tidak terjatuh. Sepatuku yang sudah benar kembali rusak. Kakiku sangat sakit menahan bebatuan di bawah telapak kakiku. Dengan perlahan, aku terus berjalan dengan menahan rasa sakit. Aku, Jessica Novia, dan Kak Vera menjadi 3 orang terakhir yang turun. Hal tersebut dikarenakan sepatuku dan Jessica rusak. Dengan bersabar, kami bertiga berjalan beriringan hingga akhirnya kami selamat sampai di Toya Bungkah.
Posted by levina's world at 9:58 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Hari 1-Pohonku Level Biru

Hari Minggu, 21 Februari 2010, aku mengunjungi Pulau Dewata, Bali. Setibanya disana, aku langsung dibawa oleh mobil elf putih menuju ke “tree top” Bedugul. Rasa senang dan takut akan tingginya pohon menghantuiku. Ini saatnya aku mengulang kembali rasa-rasa itu yang pernah aku alami 2 tahun lalu. Setelah menempuh 3 jam perjalanan, aku pun tiba di kawan Kebun Raya Bedugul. Waktu menunjukkan sekitar pukul 12.30 WITA. Rasa lapar menyerangku. Aku dan kelompokku makan siang di bawah area “tree top”. Saat makan siang, konsentrasiku mulai terpecah karena melihat orang-orang yang sedang berjuang melawan ketakutannya di ketinggian pohon.

Akhirnya, perjuanganku menyusuri tingginya pohon akan segera dimulai. Para panitia menginformasikan bahwa jika kita berhasil melewati 1 level, maka kita akan
mendapatkan poin. Hal tersebut digunakan untuk menyemengati kita semua. Aku memakai peralatan pengaman agar aman berada di atas pohon. Kebingungan melanda pikiranku, aku bingung memilih level yang mana. Namun, pada akhirnya aku memilih level biru.

Langkah pertama saja sudah begitu menyeramkan. Semangat dari kakak-kakak pembimbing terngiang-ngiang di telingaku. Kata-kata penyemangat tersebut menyulut api semangatku untuk terus maju menghadapi rintangan. Rintangan pertama sudah terlihat menyulitkan. Aku harus bersabar menunggu teman di depanku selesai di pos agar tali tidak terlalu bergoyang. Terlihat temanku dapat melewatinya dengan cukup mudah, aku pun segera melewati rintangan pertama tersebut.

Rintangan kedua sangat sulit untuk dilewati. Aku harus mempersiapkan mental dan keberanian untuk melewatinya. Saat harus melewatinya, jantungku berd
ebar cepat dan kakiku bergetar kencang. Namun, teriakan semangat para instruktur dari bawah membuatku berhasil sampai di pos perhentian.

Namun, di tengah perjuanganku melawan rintangan-rintangan, sol sepatuku mulai terlepas. Saat sampai di daerah jaring dimana aku harus memanjat, sol sepatuku sudah benar-benar parah. Kondisi sepatuku sudah tidak memungkinkan untuk membawaku sampai ke garis akhir. Dengan terpaksa dan perasaan kecewa, aku turun dengan dibantu oleh instrukutur “tree top”.

Seturunnya aku dari atas pohon, aku tidak langsung menuju ke mobil. Masih ada teman-temanku yang sedang berjuang di atas. Tugasku sekarang adalah menyemangati mereka dari bawah. Tak lama kemudian, rintik-rintik hujan mulai turun. Rasa khawatir menyelimutiku, bagaimana dengan teman-temanku yang masih berada di atas? Hujan semakin deras. Namun, aku yakin mereka pasti dapat melewatinya.


Seturunnya aku dari atas pohon, aku tidak langsung menuju ke mobil. Masih ada teman-temanku yang sedang berjuang di atas. Tugasku sekarang adalah menyemangati mereka dari bawah. Tak lama kemudian, rintik-rintik hujan mulai turun. Rasa khawatir menyelimutiku, bagaimana dengan teman-temanku yang masih berada di atas? Hujan semakin deras. Namun, aku yakin mereka pasti dapat melewatinya.

us at treetop XD

Posted by levina's world at 9:49 PM 0 comments Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Newer Posts Older Posts Home

Blog Archive

  • ►  2011 (13)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2010 (49)
    • ►  December (11)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ▼  March (9)
      • jatuh cinta
      • case 39
      • Gu Shi Wei Wan Cheng Lyric - STARLIT OST
      • Hari 6- Nagaloke
      • Hari 5- Ekspedisi Final
      • Hari 4- Sepeda lawan Jeram
      • Hari 3- Asinnya Air Laut
      • Hari 2- Gunung itu ada disana!
      • Hari 1-Pohonku Level Biru
    • ►  February (3)
    • ►  January (11)
  • ►  2009 (31)
    • ►  December (12)
    • ►  November (11)
    • ►  September (4)
    • ►  July (4)

Followers

Powered by Blogger.

friendss

  • abbigail elizabeth
  • bianca
  • chin kun wah
  • kopal laurensia
  • leonyta salim

About Me

My photo
levina's world
No Action Nothing Happen. Start Action, Miracle Happen.
View my complete profile

Facebook Badge

Levina Pangestu

Create Your Badge

SPEAK SPEAK!

me photoss

me photoss
 
Copyright (c) 2010 Levina's Blog. Designed for Video Games
Download Christmas photos, Public Liability Insurance, Premium Themes