Hari ini tanggal 23 Februari 2010. Saatnya aku mencoba bermain bersama ikan-ikan di dalam lautan. Di pagi hari, aku dibangunkan untuk menyantap sarapan agar kuat berenang di lautan lepas. Selesai bersantap pagi, kini waktunya aku bersiap-siap mengarungi lautan. Sejujurnya ada perasaan takut dan cemas karena ini adalah pengalaman pertamaku berenang di laut.
Sebelumnya, aku mengikuti pemanasan agar tidak kram saat berenang di laut. Perlengkapan menyelam telah dibagikan, terdiri dari fin dan goggle. Tidak lupa juga alat bantu pernafasan. Perlengkapan sudah siap, saatnya untuk menyelam di bawah teriknya matahari.
Aku berjalan di atas jembatan kayu yang sangat panas karena terkena sinar matahari. Kakiku seakan melepuh saat menyentuh jembatan kayu tersebut. Dari atas jembatan sudah terlihat berbagai macam jenis ikan kecil menari-nari di birunya laut. Segerombolan ikan kecil melewati bawah jembatan. Sungguh indah untuk ditatap mata. Aku menunggu giliran untuk masuk ke dalam laut.
Sudah tidak sabar aku menyentuh dinginnya air laut dan indahnya ikan-ikan kecil. Maka, aku memutuskan untuk mengikuti jejak langkah temanku yaitu masuk ke dalam air melalui kapal. Tiba-tiba perasaan takut menyergapku lagi. Aku takut tidak dapat bernafas nantinya. Sebelum masuk ke dalam air, aku mencoba menggunakan alat bantu pernafasan. Namun, alatnya terlalu besar untuk ukuran mulutku. Aku berpikir bahwa aku akan tersedak nantinya di dalam air.
Namun, rasa penasaran akan indahnya dalam laut mendorongku untuk segera mencoba menyelam. Saat tubuhku menyentuh air laut, aku mencoba menggerakkan kakiku dan mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Panorama di bawah laut sangatlah indah. Akan tetapi, secara tiba-tiba air laut mulai masuk ke dalam mulutku. Aku mulai panik dan meronta-ronta. Perlahan, aku mulai menguasai tubuhku kembali.
Aku segera naik ke permukaan dan berenang menuju ke tangga dermaga. Disana, aku menukarkan alat bantu pernafasanku yang terlalu besar. Setelah diganti, aku kembali mencoba menyelam di air laut yang tenang. Namun, keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Aku tersedak air laut. Rasanya sangatlah tidak enak. Aku menyerah. Alat bantu pernafasan tersebut benar-benar menyulitkan. Banyak penyebabnya, entah alat tersebut bocor atau terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam mulutku.
Akhirnya aku hanya menunggu di kapal bersama beberapa teman. Tugasku saat itu adalah menunggu dan membantu memberikan obat jika ada yang terluka tergores karang. Walaupun ada sedikit kekecewaan karena tidak dapat melanjutkan menyelam, namun setidaknya aku telah mencoba untuk menikmati panorama di bawah laut.
Sebelumnya, aku mengikuti pemanasan agar tidak kram saat berenang di laut. Perlengkapan menyelam telah dibagikan, terdiri dari fin dan goggle. Tidak lupa juga alat bantu pernafasan. Perlengkapan sudah siap, saatnya untuk menyelam di bawah teriknya matahari.
Aku berjalan di atas jembatan kayu yang sangat panas karena terkena sinar matahari. Kakiku seakan melepuh saat menyentuh jembatan kayu tersebut. Dari atas jembatan sudah terlihat berbagai macam jenis ikan kecil menari-nari di birunya laut. Segerombolan ikan kecil melewati bawah jembatan. Sungguh indah untuk ditatap mata. Aku menunggu giliran untuk masuk ke dalam laut.
Sudah tidak sabar aku menyentuh dinginnya air laut dan indahnya ikan-ikan kecil. Maka, aku memutuskan untuk mengikuti jejak langkah temanku yaitu masuk ke dalam air melalui kapal. Tiba-tiba perasaan takut menyergapku lagi. Aku takut tidak dapat bernafas nantinya. Sebelum masuk ke dalam air, aku mencoba menggunakan alat bantu pernafasan. Namun, alatnya terlalu besar untuk ukuran mulutku. Aku berpikir bahwa aku akan tersedak nantinya di dalam air.
Namun, rasa penasaran akan indahnya dalam laut mendorongku untuk segera mencoba menyelam. Saat tubuhku menyentuh air laut, aku mencoba menggerakkan kakiku dan mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Panorama di bawah laut sangatlah indah. Akan tetapi, secara tiba-tiba air laut mulai masuk ke dalam mulutku. Aku mulai panik dan meronta-ronta. Perlahan, aku mulai menguasai tubuhku kembali.
Aku segera naik ke permukaan dan berenang menuju ke tangga dermaga. Disana, aku menukarkan alat bantu pernafasanku yang terlalu besar. Setelah diganti, aku kembali mencoba menyelam di air laut yang tenang. Namun, keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Aku tersedak air laut. Rasanya sangatlah tidak enak. Aku menyerah. Alat bantu pernafasan tersebut benar-benar menyulitkan. Banyak penyebabnya, entah alat tersebut bocor atau terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam mulutku.
Akhirnya aku hanya menunggu di kapal bersama beberapa teman. Tugasku saat itu adalah menunggu dan membantu memberikan obat jika ada yang terluka tergores karang. Walaupun ada sedikit kekecewaan karena tidak dapat melanjutkan menyelam, namun setidaknya aku telah mencoba untuk menikmati panorama di bawah laut.
0 comments:
Post a Comment