Pada Hari ke-5 ini, aku akan mendaki Gunung Lesung. Pendakian ini adalah ekspedisi final grup Bali 2. Seperti biasa, sarapan pagi dan pemanasan dilakukan terlebih dahulu sebelum mendaki gunung. Aku memeriksa perlengkapan yang akan kubawa sekali lagi mengingat kami akan tidur di tenda malam ini. Setelah semuanya siap, aku segera memapah tas ransel dan berjalan mengikuti barisan di depanku.
Awalnya, medan perjalanan tidak sulit. Lebih banyak medan perjalanan yang masih mendatar. Ditambah, pendakian ini tidak terlalu panas. Berbeda dengan di Gunung Batur yang sangat panas. Udara di Gunung Lesung lebih lembap karena ditumbuhi pohon-pohon besar. Namun, ada beberapa tanaman yang harus dihindari karena beracun, seperti tanaman latang dan poison ivy.
Sekitar 3 jam kami berjalan menyusuri hutan di Gunung Lesung. Aku berada di barisan bagian depan. Maka, aku tiba terlebih dahulu di sebuah pura kecil bersama dengan beberapa temanku. Aku memeriksa kakiku apakah ada pacet atau tidak. Beruntungnya aku, tidak ada pacet yang menghisap darah di kakiku. Sedangkan beberapa temanku panik karena adanya pacet yang sudah membesar di kakinya.
Setelah beberapa menit beristirahat sejenak, aku memutuskan untuk turun ke tempat makan siang. Ternyata, tempat dimana aku akan menyantap makan siang hanya berjarak sebentar dari pura kecil tersebut. Tanpa berlama-lama, aku segera turun mengikuti temanku. Sesampainya di tempat makan siang, kami semua mulai menyantap makan siang sembari mendengarkan Pak Samsul bercerita mengenai sejarah dari pura yang terletak di belakang kami.
Hari sudah semakin siang. Dengan segera, kami mulai berbaris kembali dan melanjutkan pendakian menuju tempat kemping. Tiba-tiba, ratusan anak tangga menghadang di depanku. Aku harus menaiki tangga tersebut. Dengan susah payah, aku mulai menaikinya. Sampai akhirnya, aku berhasil mencapai puncak tangga. Di puncak, terdapat pura lagi.
Sejenak aku melihat-lihat pura tersebut. Percampuran budaya yang sangat kental memenuhi pura tersebut. Budaya Hindu dan Cina bercampur menjadi satu. Setelah, melihat hasil percampuran budaya tersebut, aku memulai kembali pendakian menuju tempat berkemah. Medan sudah terasa sedikit sulit. Namun, tidak lama kemudian, kami menemukan 3 tenda berwarna kuning. Rasa gembira mulai menyelimuti. Aku ingin segera melepas lelah.
Akan tetapi, 3 tenda kuning tersebut bukan tenda milik kelompokku. Akhirnya kita berputar-putar kehilangan arah mencari tenda. Sampai akhirnya, kami menemukannya. Tiba saatnya aku untuk melepas lelah. Namun sebelumnya, aku harus belajar memasang tenda. Ternyata tidak begitu sulit membangun tenda jika dikerjakan bersama-sama. Setelah semuanya selesai, aku segera masuk ke dalam tenda dan beristirahat sejenak sebelum makan malam dimulai.
Awalnya, medan perjalanan tidak sulit. Lebih banyak medan perjalanan yang masih mendatar. Ditambah, pendakian ini tidak terlalu panas. Berbeda dengan di Gunung Batur yang sangat panas. Udara di Gunung Lesung lebih lembap karena ditumbuhi pohon-pohon besar. Namun, ada beberapa tanaman yang harus dihindari karena beracun, seperti tanaman latang dan poison ivy.
Sekitar 3 jam kami berjalan menyusuri hutan di Gunung Lesung. Aku berada di barisan bagian depan. Maka, aku tiba terlebih dahulu di sebuah pura kecil bersama dengan beberapa temanku. Aku memeriksa kakiku apakah ada pacet atau tidak. Beruntungnya aku, tidak ada pacet yang menghisap darah di kakiku. Sedangkan beberapa temanku panik karena adanya pacet yang sudah membesar di kakinya.
Setelah beberapa menit beristirahat sejenak, aku memutuskan untuk turun ke tempat makan siang. Ternyata, tempat dimana aku akan menyantap makan siang hanya berjarak sebentar dari pura kecil tersebut. Tanpa berlama-lama, aku segera turun mengikuti temanku. Sesampainya di tempat makan siang, kami semua mulai menyantap makan siang sembari mendengarkan Pak Samsul bercerita mengenai sejarah dari pura yang terletak di belakang kami.
Hari sudah semakin siang. Dengan segera, kami mulai berbaris kembali dan melanjutkan pendakian menuju tempat kemping. Tiba-tiba, ratusan anak tangga menghadang di depanku. Aku harus menaiki tangga tersebut. Dengan susah payah, aku mulai menaikinya. Sampai akhirnya, aku berhasil mencapai puncak tangga. Di puncak, terdapat pura lagi.
Sejenak aku melihat-lihat pura tersebut. Percampuran budaya yang sangat kental memenuhi pura tersebut. Budaya Hindu dan Cina bercampur menjadi satu. Setelah, melihat hasil percampuran budaya tersebut, aku memulai kembali pendakian menuju tempat berkemah. Medan sudah terasa sedikit sulit. Namun, tidak lama kemudian, kami menemukan 3 tenda berwarna kuning. Rasa gembira mulai menyelimuti. Aku ingin segera melepas lelah.
Akan tetapi, 3 tenda kuning tersebut bukan tenda milik kelompokku. Akhirnya kita berputar-putar kehilangan arah mencari tenda. Sampai akhirnya, kami menemukannya. Tiba saatnya aku untuk melepas lelah. Namun sebelumnya, aku harus belajar memasang tenda. Ternyata tidak begitu sulit membangun tenda jika dikerjakan bersama-sama. Setelah semuanya selesai, aku segera masuk ke dalam tenda dan beristirahat sejenak sebelum makan malam dimulai.
0 comments:
Post a Comment